CANDI PRAMBANAN
![]() |
candi prambanan |
Candi Prambanan atau Candi Loro Jonggrang adalah kompleks candi hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi. Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu yaitu Brahma, Wisnu, dan Siwa. Berdasarkan prasasti Siwagrha nama asli kompleks candi ini adalah Siwagrha (bahasa Sanskerta yang bermakna 'Rumah Siwa'), dan memang di garbagriha (ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter yang menujukkan bahwa di candi ini dewa Siwa lebih diutamakan.
Kompleks candi ini terletak di
kecamatan Prambanan, Sleman dan kecamatan Prambanan, Klaten, kurang lebih 17 kilometer timur
laut Yogyakarta, 50 kilometer barat daya Surakarta dan 120 kilometer selatanSemarang, persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Letaknya sangat unik, Candi Prambanan terletak
di wilayah administrasi desa Bokoharjo, Prambanan, Sleman, sedangkan pintu
masuk kompleks Candi Prambanan terletak di wilayah adminstrasi desa Tlogo, Prambanan, Klaten.
Candi ini termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO, candi
Hindu terbesar di Indonesia, sekaligus salah satu candi terindah di Asia
Tenggara. Arsitektur bangunan ini berbentuk tinggi dan ramping sesuai dengan
arsitektur Hindu pada umumnya dengan candi Siwa sebagai candi utama memiliki
ketinggian mencapai 47 meter menjulang di tengah kompleks gugusan candi-candi
yang lebih kecil. Sebagai salah satu candi termegah di Asia Tenggara,
candi Prambanan menjadi daya tarik kunjungan wisatawan dari seluruh dunia.
A. Etimologi
Nama Prambanan, berasal
dari nama desa tempat candi ini berdiri, diduga merupakan perubahan nama
dialek bahasa Jawa dari istilah teologi
Hindu Para Brahman yang bermakna "Brahman Agung"
yaitu Brahman atau realitas abadi tertinggi dan teragung yang
tak dapat digambarkan, yang kerap disamakan dengan konsep Tuhan dalam
agama Hindu. Pendapat lain menganggap Para Brahman mungkin
merujuk kepada masa jaya candi ini yang dahulu dipenuhi oleh para brahmana. Pendapat lain mengajukan anggapan bahwa nama
"Prambanan" berasal dari akar kata mban dalam Bahasa Jawa yang bermakna menanggung atau memikul tugas,
merujuk kepada para dewa Hindu yang mengemban tugas menata dan menjalankan
keselarasan jagat.
Nama asli kompleks candi Hindu ini
adalah nama dari Bahasa Sansekerta; Siwagrha (Rumah Siwa) atau Siwalaya (Alam
Siwa), berdasarkan Prasasti Siwagrha yang bertarikh 778 Saka (856 Masehi). Trimurti dimuliakan dalam kompleks candi ini dengan tiga
candi utamanya memuliakan Brahma, Siwa, danWisnu. Akan
tetapi Siwa Mahadewa yang menempati ruang utama di candi Siwa adalah dewa yang
paling dimuliakan dalam kompleks candi ini.
B. Sejarah
1. Pembangunan
![]() |
candi prambanan diantara kabut pagi |
Prambanan adalah candi Hindu
terbesar dan termegah yang pernah dibangun di Jawa kuno, pembangunan candi
Hindu kerajaan ini dimulai oleh Rakai Pikatan sebagai tandingan candi Buddha Borobudur dan juga candi Sewu yang terletak tak jauh dari Prambanan. Beberapa
sejarawan lama menduga bahwa pembangunan candi agung Hindu ini untuk menandai
kembali berkuasanya keluarga Sanjaya atas Jawa, hal ini terkait teori wangsa kembar
berbeda keyakinan yang saling bersaing; yaitu wangsa Sanjaya penganut Hindu dan
wangsa Sailendra penganut Buddha. Pastinya,
dengan dibangunnya candi ini menandai bahwa Hinduisme aliran Saiwa kembali
mendapat dukungan keluarga kerajaan, setelah sebelumnya wangsa Sailendra cenderung lebih mendukung Buddha aliran Mahayana. Hal ini menandai bahwa kerajaan Medang beralih fokus dukungan keagamaanya, dari Buddha
Mahayana ke pemujaan terhadap Siwa.
Bangunan ini pertama kali dibangun
sekitar tahun 850 Masehi oleh Rakai Pikatan dan secara berkelanjutan disempurnakan dan
diperluas oleh Raja Lokapala dan raja Balitung Maha Sambu. Berdasarkan prasasti Siwagrhaberangka tahun 856 M, bangunan suci ini dibangun untuk
memuliakan dewa Siwa, dan nama asli bangunan ini dalam
bahasa Sanskerta adalah Siwagrha (Sanskerta:Shiva-grha yang
berarti: 'Rumah Siwa') atau Siwalaya(Sanskerta:Shiva-laya yang
berarti: 'Ranah Siwa' atau 'Alam Siwa'). Dalam prasasti ini disebutkan bahwa saat
pembangunan candi Siwagrha tengah berlangsung, dilakukan juga pekerjaan umum
perubahan tata air untuk memindahkan aliran sungai di dekat candi ini. Sungai
yang dimaksud adalah sungai Opak yang mengalir dari utara ke selatan sepanjang
sisi barat kompleks candi Prambanan. Sejarawan menduga bahwa aslinya aliran
sungai ini berbelok melengkung ke arah timur, dan dianggap terlalu dekat dengan
candi sehingga erosi sungai dapat membahayakan konstruksi candi. Proyek tata
air ini dilakukan dengan membuat sodetan sungai baru yang memotong lengkung
sungai dengan poros utara-selatan sepanjang dinding barat di luar kompleks
candi. Bekas aliran sungai asli kemudian ditimbun untuk memberikan lahan yang
lebih luas bagi pembangunan deretan candi perwara (candi pengawal atau candi
pendamping).
Beberapa arkeolog berpendapat
bahwa arca Siwa di garbhagriha (ruang utama) dalam candi
Siwa sebagai candi utama merupakan arca perwujudan raja Balitung, sebagai arca pedharmaan anumerta beliau.
Kompleks bangunan ini secara berkala
terus disempurnakan oleh raja-raja Medang Mataram berikutnya, seperti
raja Daksa dan Tulodong, dan diperluas dengan membangun ratusan candi-candi
tambahan di sekitar candi utama. Karena kemegahan candi ini, candi Prambanan
berfungsi sebagai candi agung Kerajaan Mataram, tempat digelarnya berbagai
upacara penting kerajaan. Pada masa puncak kejayaannya, sejarawan menduga bahwa
ratusan pendeta brahmana dan murid-muridnya berkumpul
dan menghuni pelataran luar candi ini untuk mempelajari kitab Weda dan
melaksanakan berbagai ritual dan upacara Hindu. Sementara pusat kerajaan
atau keratonkerajaan Mataram diduga terletak di suatu tempat di
dekat Prambanan di Dataran Kewu.
2. Diterlantarkan
Sekitar tahun 930-an, ibu kota
kerajaan berpindah ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok, yang mendirikan Wangsa Isyana. Penyebab kepindahan pusat kekuasaan ini tidak
diketahui secara pasti. Akan tetapi sangat mungkin disebabkan oleh letusan
hebat Gunung Merapi yang menjulang sekitar 20 kilometer di utara
candi Prambanan. Kemungkinan penyebab lainnya adalah peperangan dan perebutan
kekuasaan. Setelah perpindahan ibu kota, candi Prambanan mulai terlantar dan
tidak terawat, sehingga pelan-pelan candi ini mulai rusak dan runtuh.
Bangunan candi ini diduga
benar-benar runtuh akibat gempa bumi hebat pada abad ke-16. Meskipun tidak lagi
menjadi pusat keagamaan dan ibadah umat Hindu, candi ini masih dikenali dan
diketahui keberadaannya oleh warga Jawa yang menghuni desa sekitar. Candi-candi
serta arca Durga dalam
bangunan utama candi ini mengilhami dongeng rakyat Jawa yaitu legenda Rara Jonggrang. Setelah perpecahan Kesultanan Mataram pada tahun 1755, reruntuhan
candi dan sungai Opak di dekatnya menjadi tanda pembatas antara wilayah Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta (Solo).
3. Penemuan kembali
![]() |
Reruntuhan candi prambanan setelah ditemukan |
Penduduk lokal warga Jawa di sekitar
candi sudah mengetahui keberadaan candi ini. Akan tetapi mereka tidak tahu
latar belakang sejarah sesungguhnya, siapakah raja dan kerajaan apa yang telah
membangun monumen ini. Sebagai hasil imajinasi, rakyat setempat menciptakan
dongeng lokal untuk menjelaskan asal-mula keberadaan candi-candi ini; diwarnai
dengan kisah fantastis mengenai raja raksasa, ribuan candi yang dibangun oleh
makhluk halus jin dan dedemit hanya dalam tempo satu malam, serta putri cantik
yang dikutuk menjadi arca. Legenda mengenai candi Prambanan dikenal sebagai
kisah Rara Jonggrang.
Pada tahun 1733, candi ini ditemukan
oleh CA. Lons seorang berkebangsaan Belanda. Candi ini menarik perhatian dunia
ketika pada masa pendudukan Britania atas Jawa. Ketika itu Colin Mackenzie, seorang surveyor bawahan Sir Thomas Stamford Raffles, menemukan candi ini. Meskipun Sir
Thomas kemudian memerintahkan penyelidikan lebih lanjut, reruntuhan candi ini
tetap terlantar hingga berpuluh-puluh tahun. Penggalian tak serius dilakukan
sepanjang 1880-an yang sayangnya malah menyuburkan praktek penjarahan ukiran
dan batu candi. Kemudian pada tahun 1855 Jan Willem IJzerman mulai membersihkan dan memindahkan beberapa batu dan tanah dari bilik
candi. Beberapa saat kemudian Isaäc Groneman melakukan pembongkaran besar-besaran dan
batu-batu candi tersebut ditumpuk secara sembarangan di sepanjang Sungai Opak. Arca-arca dan relief candi diambil oleh warga
Belanda dan dijadikan hiasan taman, sementara warga pribumi menggunakan batu
candi untuk bahan bangunan dan pondasi rumah.
4. Pemugaran
Pemugaran dimulai pada tahun 1918,
akan tetapi upaya serius yang sesungguhnya dimulai pada tahun 1930-an. Pada
tahun 1902-1903, Theodoor van Erp memelihara bagian yang rawan runtuh. Pada tahun 1918-1926, dilanjutkan
oleh Jawatan Purbakala (Oudheidkundige Dienst) di bawah P.J. Perquin
dengan cara yang lebih sistematis sesuai kaidah arkeologi. Sebagaimana
diketahui para pendahulunya melakukan pemindahan dan pembongkaran beribu-ribu
batu secara sembarangan tanpa memikirkan adanya usaha pemugaran kembali. Pada
tahun 1926 dilanjutkan De Haan hingga akhir hayatnya pada tahun 1930. Pada
tahun 1931 digantikan oleh Ir. V.R. van Romondt hingga pada tahun 1942 dan
kemudian diserahkan kepemimpinan renovasi itu kepada putra Indonesia dan itu
berlanjut hingga tahun 1993.
Upaya renovasi terus menerus
dilakukan bahkan hingga kini. Pemugaran candi Siwa yaitu candi utama kompleks
ini dirampungkan pada tahun 1953 dan diresmikan oleh Presiden pertama
Republik Indonesia Sukarno. Banyak bagian candi yang direnovasi, menggunakan
batu baru, karena batu-batu asli banyak yang dicuri atau dipakai ulang di tempat
lain. Sebuah candi hanya akan direnovasi apabila minimal 75% batu asli masih
ada. Oleh karena itu, banyak candi-candi kecil yang tak dibangun ulang dan
hanya tampak fondasinya saja.
Kini, candi ini termasuk dalam Situs Warisan
Dunia yang
dilindungi oleh UNESCO, status ini diberikan UNESCO pada
tahun 1991. Kini, beberapa bagian candi Prambanan tengah direnovasi untuk
memperbaiki kerusakan akibat gempa Yogyakarta 2006. Gempa ini telah merusak
sejumlah bangunan dan patung.
C. Kompleks candi
![]() |
Model arsitektur rekonstruksi kompleks candi Prambanan, aslinya terdapat 240 candi berdiri di kompleks ini. |
Pintu masuk ke kompleks bangunan ini
terdapat di keempat arah penjuru mata angin, akan tetapi arah hadap bangunan
ini adalah ke arah timur, maka pintu masuk utama candi ini adalah gerbang
timur. Kompleks candi Prambanan terdiri dari :
- 3 Candi Trimurti: candi Siwa, Wisnu, dan Brahma
- 3 Candi Wahana: candi Nandi, Garuda, dan
Angsa
- 2 Candi Apit: terletak antara barisan
candi-candi Trimurti dan candi-candi Wahana di sisi utara dan selatan
- 4 Candi Kelir: terletak di 4 penjuru mata
angin tepat di balik pintu masuk halaman dalam atau zona inti
- 4 Candi Patok: terletak di 4 sudut halaman
dalam atau zona inti
- 224 Candi Perwara: tersusun dalam 4 barisan
konsentris dengan jumlah candi dari barisan terdalam hingga terluar: 44, 52,
60, dan 68
Maka
terdapat total 240 candi di kompleks Prambanan.
Aslinya terdapat 240 candi besar dan
kecil di kompleks Candi Prambanan. Tetapi kini hanya tersisa 18 candi;
yaitu 8 candi utama dan 8 candi kecil di zona inti serta 2 candi perwara.
Banyak candi perwara yang belum dipugar, dari 224 candi perwara hanya 2 yang
sudah dipugar, yang tersisa hanya tumpukan batu yang berserakan. Kompleks candi
Prambanan terdiri atas tiga zona; pertama adalah zona luar, kedua adalah zona
tengah yang terdiri atas ratusan candi, ketiga adalah zona dalam yang merupakan
zona tersuci tempat delapan candi utama dan delapan kuil kecil.
Penampang denah kompleks candi
Prambanan adalah berdasarkan lahan bujur sangkar yan terdiri atas tiga bagian
atau zona, masing-masing halaman zona ini dibatasi tembok batu andesit. Zona
terluar ditandai dengan pagar bujur sangkar yang masing-masing sisinya
sepanjang 390 meter, dengan orientasi Timur Laut - Barat Daya. Kecuali gerbang
selatan yang masih tersisa, bagian gerbang lain dan dinding candi ini sudah
banyak yang hilang. Fungsi dari halaman luar ini secara pasti belum diketahui;
kemungkinan adalah lahan taman suci, atau kompleks asrama Brahmana dan
murid-muridnya. Mungkin dulu bangunan yang berdiri di halaman terluar ini
terbuat dari bahan kayu, sehingga sudah lapuk dan musnah tak tersisa.
Candi Prambanan adalah salah satu
candi Hindu terbesar di Asia Tenggara selain Angkor Wat. Tiga candi utama disebut Trimurti dan
dipersembahkan kepadantiga dewa utama Trimurti: Siwa sang
Penghancur, Wisnusang Pemelihara dan Brahma sang
Pencipta. Di kompleks candi ini Siwa lebih diutamakan dan lebih dimuliakan
dari dua dewa Trimurti lainnya. Candi Siwa sebagai bangunan utama sekaligus
yang terbesar dan tertinggi, menjulang setinggi 47 meter.
1. Candi Siwa
![]() |
Candi Siwa, candi utama di kompleks candi prambanan |
![]() |
arca durga mahisasuramardini di ruang utara candi Siwa |
Halaman dalam adalah zona paling
suci dari ketiga zona kompleks candi. Pelataran ini ditinggikan permukaannya
dan berdenah bujur sangkar dikurung pagar batu dengan empat gerbang di empat
penjuru mata angin. Dalam halaman berpermukaan pasir ini terdapat delapan candi
utama; yaitu tiga candi utama yang disebut candi Trimurti ("tiga wujud"), dipersembahkan untuk
tiga dewa Hindu tertinggi: Dewa Brahma Sang
Pencipta, WishnuSang Pemelihara, dan Siwa Sang
Pemusnah.
Candi Siwa sebagai candi utama
adalah bangunan terbesar sekaligus tetinggi di kompleks candi Rara Jonggrang,
berukuran tinggi 47 meter dan lebar 34 meter. Puncak mastaka atau kemuncak
candi ini dimahkotai modifikasi bentuk wajra yang
melambangkan intan atau halilintar. Bentuk wajra ini merupakan versi Hindu
sandingan dari stupa yang ditemukan pada kemuncak
candi Buddha. Candi Siwa dikelilingi lorong galeri yang dihiasirelief yang
menceritakan kisah Ramayana; terukir di dinding dalam pada
pagar langkan. Di atas pagar langkan ini dipagari jajaran kemuncak yang juga
berbentuk wajra. Untuk mengikuti kisah sesuai urutannya, pengunjung harus masuk
dari sisi timur, lalu melakukan pradakshina yakni berputar
mengelilingi candi sesuai arah jarum jam. Kisah Ramayana ini dilanjutkan ke
Candi Brahma.
Candi Siwa di tengah-tengah, memuat
lima ruangan, satu ruangan di setiap arah mata angin dan satu garbagriha, yaitu ruangan
utama dan terbesar yang terletak di tengah candi. Ruangan timur terhubung
dengan ruangan utama tempat bersemayam sebuah arca Siwa Mahadewa (Perwujudan
Siwa sebagai Dewa Tertinggi) setinggi tiga meter. Arca ini memiliki Lakçana (atribut
atau simbol) Siwa, yaitu chandrakapala (tengkorak di atas
bulan sabit), jatamakuta (mahkota keagungan), dan trinetra (mata
ketiga) di dahinya. Arca ini memiliki empat lengan yang memegang atribut Siwa,
seperti aksamala (tasbih), camara (rambut
ekor kuda pengusir lalat), dantrisula. Arca ini mengenakan upawita (tali kasta) berbentuk ular naga (kobra). Siwa
digambarkan mengenakan cawat dari kulit harimau, digambarkan dengan ukiran
kepala, cakar, dan ekor harimau di pahanya. Sebagian sejarawan beranggapa bahwa
arca Siwa ini merupakan perwujudan raja Balitung sebagai dewa Siwa, sebagai arca pedharmaan
anumerta beliau. Sehingga ketika raja ini wafat, arwahnya dianggap bersatu
kembali dengan dewa penitisnya yaitu Siwa. Arca Siwa Mahadewa ini berdiri di atas lapik bunga padma di
atas landasan persegi berbentuk yoni yang
pada sisi utaranya terukir ular Nāga (kobra).
Tiga ruang yang lebih kecil lainnya
menyimpan arca-arca yang ukuran lebih kecil yang berkaitan dengan Siwa. Di
dalam ruang selatan terdapat Resi Agastya, Ganesha putra Siwa di ruang barat, dan di ruang utara
terdapat arca sakti atau istri Siwa, Durga Mahisasuramardini,
menggambarkan Durga sebagai pembasmi Mahisasura,
raksasa Lembu yang menyerang swargaloka. Arca Durga ini juga disebut sebagai Rara
Jonggrang (dara langsing) oleh penduduk setempat. Arca ini
dikaitkan dengan tokoh putri legendaris Rara Jonggrang.
D. Arsitektur
Arsitektur candi Prambanan
berpedoman kepada tradisi arsitektur Hindu yang berdasarkan kitab Wastu Sastra.
Denah candi megikuti pola mandala, sementara bentuk candi yang tinggi menjulang
merupakan ciri khas candi Hindu. Prambanan memiliki nama asli Siwagrha dan
dirancang menyerupai rumah Siwa, yaitu mengikuti bentuk gunung suci Mahameru, tempat para dewa bersemayam. Seluruh bagian kompleks
candi mengikuti model alam semesta menurut konsep kosmologi Hindu, yakni terbagi
atas beberapa lapisan ranah, alam atau Loka.
Seperti Borobudur, Prambanan juga memiliki tingkatan zona candi, mulai
dari yang kurang suci hingga ke zona yang paling suci. Meskipun berbeda nama,
tiap konsep Hindu ini memiliki sandingannya dalam konsep Buddha yang pada
hakikatnya hampir sama. Baik lahan denah secara horisontal maupun vertikal
terbagi atas tiga zona:
- Bhurloka (dalam Buddhisme: Kamadhatu), adalah ranah terendah makhluk yang fana; manusia, hewan, juga makhluk halus dan iblis. Di ranah ini manusia masih terikat dengn hawa nafsu, hasrat, dan cara hidup yang tidak suci. Halaman terlar dan kaki candi melambangkan ranah bhurloka.
- Bhuwarloka (dalam Buddhisme: Rupadhatu), adalah alam tegah, tempat orang suci, resi, pertapa, dan dewata rendahan. Di alam ini manusia mulai melihat cahaya kebenaran. Halaman tengah dan tubuh candi melambangkan ranah bhuwarloka.
- Swarloka (dalam Buddhisme: Arupadhatu), adalah ranah trtinggi sekaligus tersuci tempat para dewa bersemayam, juga disebut swargaloka. Halaman dalam dan atap candi melambangkan ranah swarloka. Atap candi-candi di kompleks Prambanan dihiasi dengan kemuncak mastaka berupa ratna (Sanskerta: permata), bentuk ratna Prambanan merupakan modifikasi bentuk wajra yang melambangkan intan atau halilintar. Dalam arsitektur Hindu Jawa kuno, ratna adalah sandingan Hindu untuk stupa Buddha, yang berfungsi sebagai kemuncak atau mastaka candi.
Pada saat pemugaran, tepat di bawah
arca Siwa di bawah ruang utama candi Siwa terdapat sumur yang didasarnya
terdapat pripih (kotak batu). Sumur ini sedalam 5,75 meter dan
peti batu pripih ini ditemukan diatas timbunan arang kayu, tanah, dan tulang
belulang hewan korban. Di dalam pripih ini terdapat benda-benda suci seperti
lembaran emas dengan aksara bertuliskan Waruna (dewa
laut) dan Parwata (dewa
gunung). Dalam peti batu ini terdapat lembaran tembaga bercampur arang, abu,
dan tanah, 20 keping uang kuno, beberapa butir permata, kaca, potongan emas,
dan lembaran perak, cangkang kerang, dan 12 lembaran emas (5 diantaranya
berbentuk kura-kura, ular naga (kobra), padma, altar, dan
telur).
E. Relief
1. Ramayana dan Krishnayana
Candi ini dihiasi relief naratif
yang menceritakan epos Hindu; Ramayana dan Krishnayana. Relif berkisah ini diukirkan pada dinding sebelah
dalam pagar langkan sepanjang lorong galeri yang mengelilingi tiga candi utama.
Relief ini dibaca dari kanan ke kiri dengan gerakan searah jarum jam mengitari
candi. Hal ini sesuai dengan ritual pradaksina, yaitu
ritual mengelilingi bangunan suci searah jarum jam oleh peziarah. Kisah
Ramayana bermula di sisi timur candi Siwa dan dilanjutkan ke candi Brahma
temple. Pada pagar langkan candi Wisnu terdapat relief naratif Krishnayana yang
menceritakan kehidupan Krishna sebagai salah satu awatara Wishnu.
Relief Ramayana menggambarkan
bagaimana Shinta, istri Rama, diculik
oleh Rahwana. Panglima bangsa wanara (kera), Hanuman, datang ke Alengka untuk membantu Rama mencari
Shinta. Kisah ini juga ditampilkan dalam Sendratari Ramayana, yaitu
pagelaran wayang orang Jawa yang dipentaskan secara
rutin di panggung terbuka Trimurti setiap malam bulan purnama. Latar belakang
panggung Trimurti adalah pemandangan megah tiga candi utama yang disinari
cahaya lampu.
2. Lokapala, Brahmana, dan Dewata
Di seberang panel naratif relief, di
atas tembok tubuh candi di sepanjang galeri dihiasi arca-arca dan relief yang
menggambarkan para dewata dan resi brahmana. Arca dewa-dewa lokapala, dewa
surgawi penjaga penjuru mata angin dapat ditemukan di candi Siwa. Sementara
arca para brahmana penyusun kitab Weda terdapat
di candi Brahma. Di candi Wishnu terdapat arca dewata yang diapit oleh
dua apsara atau bidadari kahyangan.
3. Panil Prambanan: Singa dan Kalpataru
Di dinding luar sebelah bawah candi
dihiasi oleh barisan relung (ceruk) yang menyimpan arca singa diapit oleh dua
panil yang menggambarkan pohon hayat kalpataru. Pohon suci ini dalam mitologi Hindu-Buddha dianggap
pohon yang dapat memenuhi harapan dan kebutuhan manusia. Di kaki pohon
Kalpataru ini diapit oleh pasangan kinnara-kinnari (hewan ajaib bertubuh burung
berkepala manusia), atau pasangan hewan lainnya, seperti burung, kijang, domba,
monyet, kuda, gajah, dan lain-lain. Pola singa diapit kalpataru adalah pola
khas yang hanya ditemukan di Prambanan, karena itulah disebut "Panil
Prambanan".
F. Museum Prambanan
Di dalam kompleks taman purbakala
candi Prambanan terdapat sebuah museum yang menyimpan berbagai temuan benda
bersejarah purbakala. Museum ini terletak di sisi utara Candi Prambanan, antara
candi Prambanan dan candi Lumbung. Museum ini dibangun dalam arsitektur tradisional
Jawa, berupa rumah joglo. Koleksi yang tersimpan di museum
ini adalah berbagai batu-batu candi dan berbagai arca yang
ditemukan di sekitar lokasi candi Prambanan; misalnya arca lembu Nandi, resi
Agastya, Siwa, Wishnu, Garuda, dan arca Durga Mahisasuramardini, termasuk pula
batu Lingga Siwa, sebagai lambang
kesuburan.
Replika harta karun emas temuan Wonoboyo yang terkenal itu, berupa mangkuk berukir
Ramayana, gayung, tas, uang, dan perhiasan emas, juga dipamekan di museum ini.
Temuan Wonoboyo yang asli kini disimpan diMuseum
Nasional Indonesia di
Jakarta. Replika model arsitektur beberapa candi seperti Prambanan, Borobudur,
dan Plaosan juga dipamerkan di museum ini. Museum ini dapat dimasuki secara
gratis oleh pengunjung taman purbakala Prambanan karena tiket masuk taman
wisata sudah termasuk museum ini. Pertunjukan audio visual mengenai candi
Prambanan juga ditampilkan disini.
G. Candi lain di sekitar Prambanan
Dataran Kewu atau dataran Prambanan
adalah dataran subur yang membentang antara lereng selatan kaki gunung
Merapi di utara dan jajaran pegunungan kapur Sewu di selatan,
dekat perbatasan Yogyakarta dan Klaten, Jawa Tengah. Selain
candi Prambanan, lembah dan dataran di sekitar Prambanan kaya akan peninggalan
arkeologi candi-candi Buddha paling awal dalam sejarah Indonesia, serta
candi-candi Hindu. Candi Prambanan dikelilingi candi-candi Buddha. Masih di
dalam kompleks taman wisata purbakala, tak jauh di sebelah utara candi
Prambanan terdapat reruntuhan candi Lumbung dan candi Bubrah. Lebih ke utara lagi terdapat candi Sewu, candi Buddha terbesar kedua setelah Borobudur. Lebih
jauh ke timur terdapat candi Plaosan. Di arah barat Prambanan terdapat candi Kalasan dan candi Sari. Sementara di arah selatan terdapat candi Sojiwan, Situs Ratu Baka yang terletak di atas perbukitan, serta candi Banyunibo, candi Barong, dan candi Ijo.
Dengan ditemukannya begitu banyak
peninggalan bersejarah berupa candi-candi yang hanya berjarak beberapa ratus
meter satu sama lain, menunjukkan bahwa kawasan di sekitar Prambanan pada zaman
dahulu kala adalah kawasan penting. Kawasan yang memiliki nilai penting baik
dalam hal keagamaan, politik, ekonomi, dan kebudayaan. Diduga pusat kerajaan Medang Mataram terletak disuatu tempat di
dataran ini. Kekayaan situs arkeologi, serta kecanggihan dan keindahan
candi-candinya menjadikan Dataran Prambanan tak kalah dengan kawasan bersejarah terkenal
lainnya di Asia Tenggara, seperti situs arkeologi kota purbakala Angkor, Bagan, dan Ayutthaya.
Keyword : Sejarah Candi Prambanan
Semoga Bermanfaat
Salam Tukang Copas
Sumber dari : wikipedia
EmoticonEmoticon