Gerakan Wanita (Pelopor R.A. Kartini)
RA. Kartini |
Munculnya gerakan wanita dirintis oleh
R.A. Kartini yang kemudian dikenal sebagai pelopor pergerakan wanita Indonesia.
R.A. Kartini bercita-cita untuk mengangkat derajat kaum wanita Indonesia
melalui pendidikan. Cita-citanya tersebut tertulis dalam surat-suratnya yang
kemudian berhasil dihimpun dalam sebuah buku yang berjudul “Habis Gelap
Terbitlah Terang”. Cita-cita R.A. Kartini ini diteruskan oleh Dewi Sartika.
Semasa Pergerakan Nasional, maka
muncul gerakan wanita yang bergerak di bidang pendidikan dan sosial budaya.
Organisasi-organisasi yang ada antara lain:
a. Putri Mardika di Jakarta (1912)
dengan tujuan membantu keuangan bagi wanita-wanita yang akan melanjutkan
sekolahnya. Tokohnya antara lain: R.A. Saburudin, R.K. Rukmini, dan R.A.
Sutinah Joyopranata.
b. Kartini Founds, yang didirikan oleh
Ny. T.Ch. Van Deventer (1912) dengan tujaun mendirikan “Sekolah-sekolah
Kartini” bagi kaum wanita, seperti di Semarang, Jakarta, Malang, dan Madiun.
c. Kerajian Amai Setia, di Gedang
Sumatra Barat oleh Rohana Kudus (1914). Tujuannya meningkatkan derajat kaum
wanita dengan cara memberi pelajaran membaca, menulis, berhitung, mengatur
rumah tangga, membuat kerajinan dan cara pemasarannya.
d. Aisyiah, merupakan organisasi
wanita Muhammadiyah didirikan oleh Ny. Hj. Siti Walidah Ahmad Dahlan (1917).
Tujuannya untuk memajukan pendidikan dan keagamaan kaum wanita.
e.Organisasi Kewanitaan lain yang
berdiri cukup banyak, antara lain: Pawiyatan Wanito di Magelang (1915), Wanito
Susilo di Pemalang ( 1918), Wanito Rukun Santoso di Malang, Budi Wanito di
Solo, Putri Budi Sejati di Surabaya ( 1919), Wanito Mulyo di Yogyakarta (1920),
Wanito Utomo dan Wanito Katolik di Yogyakarta (1921) dan Wanito Taman Siswa (
1922).
Organisasi wanita juga muncul di
Sulawesi Selatan dengan nama Gorontalosche Mohammadaanche Vrouwenvereeniging.
Di Ambon di kenal dengan nama Ina Tani, yang condong ke politik.
Sejalan dengan berdirinya organisasi
wanita, muncul juga surat kabar wanita yang bertujuan untuk menyebarluaskan
pengetahuan kewanitaan. Surat kabar organisasi wanita antara lain Putri
Hindia di Bandung, Wanito Sworo di Brebes, Sunting Melayu di Bukittinggi,
Esteri Utomo di Semarang, Suara Perempuan di Padang, Perempunan Bergolak di
Medan dan Putri Mardika di Jakarta.
Puncak gerakan wanita yaitu dengan
diselenggarakannya Kongres Perempuan Indonesia I tanggal 22-25 Desember 1928 di
Yogyakarta, yang menghasilkan bentuk perhimpunan wanita berskala nasional dan
berwawasan kebangsaan yakni Perikatan Perempuan Indonesia ( PPI ). Dalam
Kongres Wanita II di Jakarta pada tanggal 28-31 Desember 1929 PPI diubah
menjadi Perikatan Perhimpunan Isteri Indonesia ( PPII). Kongres Wanita I
merupakan awal dari bangkitnya kesadaran nasional di kalangan wanita Indonesia,
maka tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai “Hari Ibu”.
pion43
EmoticonEmoticon